Apa itu Agresi ?Pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. ~Wikipedia
Agresi - images courtesy from Redorbit |
Berabad-abad, ilmuwan, filosof, dan pemikir serius lainnya
telah memperdebatkan tentang kapasitas manusia dalam melakukan agresi; beberapa
percaya bahwa agresi adalah bawaan sejak lahir. Ciri khas yang bersifat insting
pada manusia. Beberapa juga telah yakin bahwa agresi adalah perilaku yang harus
dipelajari terlebih dahulu (Baron & Richardson, 1994: Berkowitz, 1993:
Geen, 1998).
Pada abad ke 17 filsuf politik Thomas Hobbes memandang manusia sebagai makhluk yang secara alami tertarik pada diri sendiri yang mencari kenyamanan nya sendiri, walaupun bila hal tersebut dapat mengarah pada tindakan agresif kepada orang lain. Hobbes menetapkan bahwa hidup adalah tingkatan dari alam (contoh: tanpa masyarakat sipil) akan ada “keterpencilan, kemiskinan, kekejian, kekasaran, dan sejenisnya” (Leviathan, 1651). Hal ini mengarah pada tingkatan umum dari kecemasan dimana kebanyakan ketakuan akan kematian yang tidak wajar yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia lain; oleh karena itu, dia berpendapat, orang-orang bergabung kedalam masyarakat untuk memperoleh keamanan dari yang lainnya. Seabad kemudian, Jean-Jacques Rousseau berpendapat sebaliknya. Manusia, dia menuliskan pada tahun 1762, adalah oleh alam (secara alami) penyendiri yang perlu dikasihani. Tapi, berdasarkan Rousseau, tidak seperti binatang, perilaku manusia tidak ditentukan oleh insting; perilaku manusia dapat diasah; hal tersebut dapat berubah seiring dengan perubahan dalam masyarakat dimana orang tersebut hidup. Oleh karena itu. Rousseau menyarankan bahwa sifat brutal yang Hobbes hubungkan kepada sifat dasar manusia sebenarnya dikarenakan akibat dari tipe masyarakat yang dimana pada jaman itu Hobbes hidup diantara mereka dan bukan dari sifat-sifat dasar pada manusia.
Pada abad ke 17 filsuf politik Thomas Hobbes memandang manusia sebagai makhluk yang secara alami tertarik pada diri sendiri yang mencari kenyamanan nya sendiri, walaupun bila hal tersebut dapat mengarah pada tindakan agresif kepada orang lain. Hobbes menetapkan bahwa hidup adalah tingkatan dari alam (contoh: tanpa masyarakat sipil) akan ada “keterpencilan, kemiskinan, kekejian, kekasaran, dan sejenisnya” (Leviathan, 1651). Hal ini mengarah pada tingkatan umum dari kecemasan dimana kebanyakan ketakuan akan kematian yang tidak wajar yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia lain; oleh karena itu, dia berpendapat, orang-orang bergabung kedalam masyarakat untuk memperoleh keamanan dari yang lainnya. Seabad kemudian, Jean-Jacques Rousseau berpendapat sebaliknya. Manusia, dia menuliskan pada tahun 1762, adalah oleh alam (secara alami) penyendiri yang perlu dikasihani. Tapi, berdasarkan Rousseau, tidak seperti binatang, perilaku manusia tidak ditentukan oleh insting; perilaku manusia dapat diasah; hal tersebut dapat berubah seiring dengan perubahan dalam masyarakat dimana orang tersebut hidup. Oleh karena itu. Rousseau menyarankan bahwa sifat brutal yang Hobbes hubungkan kepada sifat dasar manusia sebenarnya dikarenakan akibat dari tipe masyarakat yang dimana pada jaman itu Hobbes hidup diantara mereka dan bukan dari sifat-sifat dasar pada manusia.
Hobbes & Rousseau - images courtesy from Wikipedia |
Pandangan pesimistis
dari Hobbes ini telah menyebarluas pada
abad ke-20 oleh Sigmund Freud (1930), dimana dia berteori bahwa manusia
dilahirkan dengan insting untuk terus hidup, dimana disebut dengan Eros, dan
sama-sama insting yang kuat untuk mati, yang disebut Thanatos. Mengenai insting
kematian, Freud menuliskan: “Hal tersebut bekerja juga pada setiap makhluk
hidup dan secara keras untuk membuat kehancuran dan untuk mengurangi kehidupan
kepada kondisi asli nya yaitu benda mati (tidak hidup) (p.67). Freud percaya
bahwa energy agresifitas harus bagaimanapun dikeluarkan, kalau-kalau hal
tersebut terus berkembang dan malah menyebarkan penyakit. Dugaan Freud bisa
dijadikan karakteristik terbaik sebagai
“hydraulic theory” –analogi nya adalah tekanan air yang dibuat untuk mengisi
container: Kecuali energi nya dilepaskan, ini akan menghasilkan beberapa
ledakan-ledakan.
Berdasarkan Freud, masyarakat menyelenggarakan fungsi
penting dalam mengatur insting ini dan membantu orang-orang untuk men-sublimasi-kan
mereka, begitulah, merubah energi menjadi perilaku yang berguna dan dapat
diterima. Sebagai contoh, Freud percaya bahwa energi dibalik kreasi seni atau
inovasi yang membangun sebuah kota adalah sublimasi dari energi agresi (atau
seksual).
Defense Mechanism - Sublimasi merupakan bentuk mengubah dan mentransformasi dorongan ID menjadi perilaku yang lebih bernilai dan dapat dirima. Contohnya, seorang lelaki yang mempunyai dorongan agresi yang tinggi. Lelaki itu ingin langsung memukuli setiap orang yang ia kurang suka. Namun karena idealisme mengatakan hal itu tidak mungkin diterima kenyataan maka lelaki itu secara tiudak sadar menguba dorongan perilaku agresi tersebut menjadi sebuah keinginan yaitu ingin menjadi petinju (sumber : Blog Kompas)
Artikel ini di translasikan oleh penulis dari:
Aronson, A., Wilson, D. T & Akert,
R. M. Psychology Social - Is Aggression Inborn or Learned. Sixth Edition.
No comments:
Post a Comment